Minggu, 20 Juni 2010


Alam selalu memberi kita pelajaran tentang segala hal. Kunang-kunang misalnya, mengajarkan kita untuk menggunakan energi cahaya yang dimiliki secara hemat dan sesuai peruntukkannya.

Kunang-kunang bukanlah binatang asing bagi kita. Pada malam hari kita bisa menemukannya di padang ilalang, persawahan, taman, pekarangan maupun tempat lainnya. Cahayanya tampak indah berkelap-kelip di tengah gelapnya malam dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau. Dan Yang pasti kunang-kunang tidak akan kita temukan berkelap-kelip pada siang hari.

Tak Sekedar Berkerlip
Apakah Anda pernah memperhatikan kunang-kunang pada malam hari? Pastinya, jika diperhatikan secara seksama sesungguhnya pada malam hari kunang-kunang tidak terus menerus mamancarkan cahaya, tetapi sekedar bekelap-kelip. Ada pergantian waktu antara menyala dan padam. Semacam ada saklar dalam tubuh kunang-kunang yang berperan memutus dan menyambung arus listrik yang mengalir

Berdasarkan penilitian pakar terkemukan dari Tufts University Massachusetts, Prof Barry Trimmer, rahasia dibalik cahaya kelap-kelip kunang-kunang adalah adanya nitrogen monoksida (NO) yang menjadi penghantar sinyal flash, yang juga menjadi jawaban tentang mekanisme kelap-kelip cahaya kunang-kunang.

Cahaya ini berperan untuk menemukan pasangan kawin. Penjelasannya sederhana, pada usia kawin, sang jantan mencari pasangan betinanya dengan memancarkan cahaya berkerlip. Lalu, kunang-kunang betina yang berada di sekitar sang jantan yang melihatnya akan segera mengeluarkan cahayanya sebagai jawaban ajakan sang jantan.

Sang jantas selanjutnya mengirimkan sinyal cahaya dengan posisi terus mendekati sang betina. Lalu, secara terus menerus komunikasi melalui kerlip cahaya terus terjalin hingga akhirnya keduanya bertemu dan kawin.

Selain berperan untuk menemukan pasangan kawin, cahaya kunang-kunang juga berfungsi sebagai tanda peringatan kepada sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan untuk serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya.

Beberapa Hikmah
Pelanggan yang tercinta, cerita kunang-kunang di atas tentu memberi kita pelajaran berarti dalam kehidupan. Pertama, kunang-kunang yang pada siang hari tidak berkelap-kerlip seakan menyindir perilaku boros energi listrik kita. Sebagai mahluk cerdas di alam raya, kita kadang atau bahkan sering membiarkan lampu di rumah menyala meski sinar matahari begitu terangnya. Padahal, belajar pada kunang-kunang jika sudah ada cahaya yang lebih terang lebih baik energi yang kita miliki dimatikan.

Kedua, kunang-kunang memancarkan cahayanya untuk tujuan yang jelas, penting dan seperlunya. Yakni untuk mencari pasangan dan sebagai tanda peringatan. Bandingkan dengan kita yang sering menggunakan energi listrik seenaknya. Dalam benak kita yang terbersit adalah: “yang penting listrik yang saya konsumsi dapat saya bayar, berapapun tagihannya.”

Kita sering lupa, dampak menggunakan listrik secara boros akan berdampak luas. Salah satunya, mengurangi kesempatan sebagian penduduk yang belum terlistriki untuk mendapat sambungan baru. Pasalnya, jika listrik digunakan dengan boros maka dengan daya yang terbatas, akan sangat sulit bagi PLN melakukan penyambungan baru. Di sini prinsip berbagi diperlukan.

Kita harus sadar menggunakan listrik seperlunya sesuai asas kemanfaatan. Contoh sederhana, akan lebih bijak akan lebih bijak lampu dimatikan ketika keluar kamar mandi karena penerangan pada kamar sudah tidak diperlukan lagi.

Sebagai manusia yang dikaruniai Tuhan dengan kecerdasan, tak salah rasanya pelajaran yang diberikan kunang-kunang kita resapi, untuk selanjutnya kita terapkan dalam perilaku sehari-hari agar kehidupan kita menjadi lebih berarti.

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!